186 views

Musik JM yang Mampu Menyatukan dan jadi Katarsis

“…Yang penting aku menang, aku senang. Persetan orang memanggilku…asyik.
Namaku Bento, rumah real estate. Harta berlimpah, banyak simpanan.”

LAGU berjudul Bento itu mengalun riang, orkes musik yang dipadupadan dengan gamelan, mengiringi tembang milik Iwan Fals itu. Menariknya, lagu gembira yang syarat kritik itu dinyanyikan anggota KPU Provinsi Lampung, M Tio Aliansyah bareng anggota Bawaslu Lampung Ali Sidik. Kehadiran kelompok Musik Gamelan Jamus Kalimasada (JM) ikut memeriahkan malam istighosah di halaman Kantor KPU Kota Bandarlampung, Jumat (16/10/2015) malam.

Lagu di penghujung acara yang cukup membuat berkesan. Sebab, selama ini antara KPU Kota dengan Panwaslu sering bersitegang terkait penyelenggaraan Pilkada yang akan digelar pada 9 Desember nanti.  Menyanyikan lagu Bento, kedua petinggi penyelenggara pemilu di sai bumi ruwa jurai mampu tertawa berangkulan. Ketegangan suasana Pilkada Kota Bandarlampung, seolah langsung mencair. Sebelum lagu Bento berkumandang, tembang seperti modifikasi Sluku-sluku Batok, Lir Ilir atau dangdut Zapin mengalun indah.

JM merupakan musik alternatif yang memadukan gamelan dan alat-alat musik modern, Kelompok JM yang ada di pelosok desa, tepatnya di Desa Metro Kibang, Lampung Timur itu merupakan duplikasi kelompok.

Kiyai Kanjeng yang digawangi Emha Ainun Nadjib. Jika kita pernah melihat Mocopat Syafaat, Padang Mbulan atau Kenduri Cinta di TIM, kelompok Kiyai Kanjeng serasa benar-benar hadir dan ada di Lampung.

Termasuk Cak Sul, sapaan akrab Syamsul Arifien yang jadi ketua JM, serasa mampu mengejawantah pengantar-pengantar sebelum lagu dinyanyikan. “Musik bisa menyatukan semua orang,” kata Cak Sul.

Hal itu dibuktikan, anggota KPU dan Bawaslu yang sering bersitegang dalam penyelenggaraan pemilu, bisa saling berangkulan dan gembira bersama. Ketegangan suasana Pilkada pun mencair. Selain mengiringi acara di KPU Bandarlampung yang akan menggelar Pilkada pada 9 Desember nanti, kelompok musik JM juga menjadi pengiring sosialisasi Pilkada yang dihelat KPU Lampung Timur. Proses bermusik yang ditempuh Cak Sul, berbeda dengan lazimnya kelompok musik lain semacam Orkes Melayu yang juga populer di Lampung seperti Genjut, Cindy, Kharisma dan semacamnya. Jika orkes lain pentas pada momen keluarga seperti pesta pernikahan atau khitanan. Kelompok JM justru menolak ditanggap perorangan. “Musik kami ini berbeda, kalau di nikahan misalnya, kami akan terjebak nuansa yang monoton.

Sementara JM ini lebih pada upaya menawarkan kedalaman musik,” kata Cak Sul.

Kedalaman musik itu, lanjut dia, lebih pada pemaknaan atau semacam ceramah agama yang mengiringi. Akan tetapi, Cak Sul menjelaskan, musik itu milik semua orang. Tidak sektarian. “Artinya ya kami bisa main sama saudara-saudara kita yang kristen atau beragama dan bersuku apa pun, meski kami muslim dan banyak lagu-lagu yang sebenarnya berbahasa jawa,” kata dia.

Belum lama ini, menurut dia, JM juga tampil dalam pagelaran budaya Sekelik Sedulur, yang menyatukan kelompok orang bersuku asli Lampung dan bersuku Jawa yang ada di Lampung Tengah.

Kelompok musik JM, benar-benar menjadi oase di tengah kegersangan rutinitas politik, persaingan antarpendukung maupun calon dalam Pilkada. Selain menghibur, JM mampu menyatukan semua orang yang sebenarnya rawan konflik.

Menikmati musik JM, serasa menemukan katarsis. Mendengar lagu Sluku-sluku Batok, lagu mainan ketika kanak-kanak dengan aliran blues. Menurut Cak Sul. “Ini lagu Sluku-sluku Batok versi Blues, Blusukan,” ucap dia sebelum membawakan syair karangan Sunan Bonang itu.

Sekretaris KPU Pesisir Barat, John Edward yang hadir di lokasi dan sempat diwawancarai harianfokus.com memuji JM dengan menyatakan. “Mirip Kiyai Kanjeng ya,” kata dia.

Sepertinya, KPU Pesisir Barat bisa mencontoh KPU Lamtim dan Bandarlampung, mengundang JM untuk memberikan katarsis agar semua calon bupati bisa di panggung bersama-sama gembira sambil menyanyikan lagu Bento. Selain tentu saja, pasti memberikan hiburan ruhani bagi warga di daerah otonomi baru itu. (*)

Bagikan berita ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *