16 views

Rendah Hati

PULANG dari les menjelang maghrib, Gilang uring-uringan. Tampak kesal dan kelelahan. “Aduh, capek ya dek? Sini mbak bawain tasnya!” sapa Dinda saat Gilang turun dari mobil di garasi rumah.

Menanggapi sapaan Dinda, spontan Gilang lemparkan tasnya begitu saja. Beruntung Dinda sigap menyambut. Hingga tas berisi penuh buku itu tak tercampak ke lantai.

“Mbak tau adek capek! Sejak pagi sekolah, sampai siang! Dilanjut les pula! Makan aja di mobil sambil nuju tempat les! Mbak dulu juga gitu kok, dek! Ini kan karena adek sudah kelas VI! Mau ujian!” ujar Dinda sambil memeluk Gilang saat berjalan masuk ke rumah.

“Adek nggak capek, mbak! Biasa aja kalo aktivitas gini mah! Cuma lagi kesel aja!” sela Gilang.

“Kesel kenapa, dek?!”

“Di tempat les keselnya, mbak! Temen-temen bikin bete aja!”

“Emangnya kenapa, dek?!”

“Kan tadi disuruh pembimbing kerja kelompok! Sekelas dibagi empat kelompok! Eh, pada nggak masukin adek di semua kelompok itu! Emang jumlah siswanya 13, mbak! Jadi kan lebih satu!” kata Gilang.

“Ya kan adek bisa gabung aja di salah satu kelompok! Jadi yang tiga kelompok isinya masing-masing tiga orang, satu kelompok lainnya empat orang! Kan nggak ada masalah?!” tanggap Dinda.

“Mestinya ya gitu, mbak! Tapi temen-temen nggak mau adek masuk kelompoknya! Pembimbing kelas juga nggak mau ngarahin! Jadi adek sendirian aja ngerjain tugasnya!”

“Terus bisa nggak adek ngerjain tugasnya?” tanya Dinda.

“Ya bisalah, mbak! Bahkan adek selesai duluan! Bahkan apa yang adek kerjain bener semua! Dapet nilai 100!”

“Temen-temen yang di kelompok gimana?”

“Ya selesai juga sih, walo belakangan beresnya! Nilainya nggak ada yang sampai 90! Dibawah jauh dari nilai adek!”

“Nah, terus kenapa adek jadi kesel gini?!” ucap Dinda.

“Pas pembimbing umumin nilai tugas, mereka pada nge-bully adek, mbak! Dibilanglah adek nggak mau gabung! Adek biasa jalan sendirilah! Avonturirlah! Ya semua omongannya nggak ngenakinlah, mbak!” kata Gilang.

“Oh gitu to, dek! Nanggepin kayak gitu mah nyantai-nyantai aja, dek! Nggak usah terpancing! Apalagi sampai kesel-kesel sendiri! Kita emang dituntut untuk rendah hati, dek! Menerima dan menyikapi hal-hal yang tak mengenakkan dengan hati yang lapang! Pikiran yang jernih dan terus kelola perasaan dengan baik!” tutur Dinda.

“Tapi kan manusiawi aja sih mbak kalo adek jadi kesel dan bete?!” sela Gilang.

“Ya manusiawi, dek! Wajar-wajar aja itu mah, dek! Cuma jangan dibawa larut ya?! Dengan sikap yang mengedepankan rendah hati, situasi sesulit apapun pasti bisa kita sikapi dengan tenang, dengan tetep terkontrolnya pemikiran, dengan langkah-langkah yang tetep baik dan bijak!”

“Jadi harus rendah hati itulah ya walo kita di-bully, kita dipermainkan oleh situasi, mbak?!”

“Iya, dek! Karena dengan rendah hati itu kita akan selalu mampu mengontrol diri, perilaku maupun ucapan! Dengan rendah hati itu pula kita akan terjauhkan dari sikap sombong, perilaku mentang-mentang, dan pikiran bahwa hanya kita yang hebat dan orang lain biasa-biasa saja! Dan yang paling penting, dengan rendah hati itu akan terukur suatu ketulusan, akan terpinggirkan sebuah kepura-puraan!” kata Dinda.

“Begitu dahsyatnya ya mbak makna rendah hati itu?! Alangkah eloknya kehidupan kalo kita tebarkan hal itu ke sesama!”

“Itu sebabnya, ketika seorang pemimpin menyampaikan perlunya semua jajaran rendah hati dan tidak sombong, ia sedang menebarkan semangat kebersamaan, perjuangan yang penuh ketulusan dan bukan pemanfaatan-pemanfaatan, serta menggugah dimensi mendasar dari kemanusiaan, yaitu ketulusan! Sang pemimpin tau persis begitu indahnya semangat perjuangan penuh ketulusan dan keikhlasan itu! Dan dalam keindahan itulah ia mengajak semua jajaran merebut kemenangan! Suatu kemenangan yang ditaburi suasana keceriaan, kebersamaan dan tentu saja tetep rendah hati! Tak ada kekuatan apapun di dunia yang mampu mengalahkan dahsyatnya perilaku rendah hati, dek! Sebab dengan itu menempatkan kita selalu menjadi sang makhluk, yang berharap hanya pada sang khalik!” ucap Dinda lagi. (ยค)

Bagikan berita ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *