547 views

Waka SMP 7 Bersahabat Dengan Genderuwo

FOKUS-  Wajahnya ganteng, senyumnya manis, penampilannya bersahaja dan low profile. Itulah yang tergambar dari sosok Sunardi,S.Pd Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang  Kehumasan SMPN 7 Bandarlampung.

Sunardi lahir dari keluarga sederhana, terlahir  dari keluarga petani. Namun dirinya tidak mengeluh dan bahkan merasa senang. Dinamika hidup yang harus dijalaninya selama ini cukup berat, dan mungkin perjuangan yang dilakukannya untuk melanjutkan sekolah saat ini sudah sangat langka dialami oleh anak jaman sekarang.

Diceritakannya, sejak duduk di  kelas 2 SMP sudah terbilang mandiri dengan membiayai sekolahnya sendiri. Biaya yang tersebut didapat dengan cara yang terbilang tidak mudah. Caranya,  Sunardi  harus membanting tulang setiap hari menjadi pemecah batu,menjadi pengunduh kelapa, dan juga menjadi tukang panjat petai. Semua itu diakuinya dijalani dengan senang hati dan tidak merasa terbebani dengan problema hidupo yang dihadapinya saat ini.

“Saya tidak pernah menganggap ini adalah sesuatu yang berat, kuncinya yaitu jalani saja dan anggap ini semua adalah rencana Tuhan, yang akan indah nantinya,”Imbuhnya.

Dilanjutkan Nardi, sapaan akrabnya, duit yang didapatnya dari bekerja tersebut tidak semuanya dipakai habis untuk keperluan dirinya saja, tetapi sebagian disisihkan untuk ibunya membeli keperluan rumah.

Meski kelihatannya sangat berat, namun menurutnya setelah dijalani semua itu tidak terlalu berat.

“Semua yang namanya kerja itu pasti capek, tapi ya kerjain dulu supaya kita tahu batas kemampuan kita itu sampai dimana, buktinya saya saja bisa menjalani itu semua,”jelasnya.

Memiliki kesibukan yang tinggi, dan bekerja sambil sekolah, bukan berarti harus membuatnya nihil prestasi,pria yang dahulunya adalah seorang atlit lari (atletik) ini mengaku pernah mengikuti kejuaraan hingga tingkat nasional, bahkan mendapat predikat sebagai juara 5 nasional.

Diceritakannya,  dulu saat dirinya masih menjadi atlit lari, latihan yang dijalaninya yakni lari sejauh 50 km setiap harinya, itu terbagi dari 25 km pagi, dan 25 km sore harinya.

Pengalaman kerjanya bukan hanya itu saja.Dia  pernah bekerja di bengkel,memasang instalasi listrik, bahkan juga pernah bekerja sebagai tukang gali sumur.

Hal tersebut dijalaninya sampai dirinya menyandang gelar sarjana, tapi semuanya dijalaninya dengan senang hati dan tidak mau mengeluh tentang kehidupan yang dijalaninya.

Settelah menyelesaikan sekolahnya di STM Pertanian Bandarlampung, hobinya tentang dunia olahraga menuntunnya untuk melanjutkan studinya di STO (Sekolah Tinggi Olahraga) di kampus cabang UNISBA Bekasi, Pringsewu. Kuliahnya waktu itu diselesaikan dalam waktu 3 tahun saja, namun komunikasi yang terbatas dan tekhnologi belum maju seperti saat ini,

Nardi tidak mengikuti perkembangan kampusnya. Setelah semua teori dalam kuliahnya sudah habis, dia tidak pernah mengikuti perkembangan yang ada disana,sehingga pada saat wisuda, dirinya tidak ikut, karena mengaku tidak mengetahui adanya perhelatan wisuda kampusnya itu, bahkan diakui oleh pria 3 orang anak ini, setelah beberapa waktu berlalu, dia bertemu dengan kawan seangkatannya kuliah dahulu yang sudah menyandang gelar sarjana.merasa kecewa dengan temannya yang tidak memberitahu bahwa kampusnya sudah wisuda, maka hampir terjadi keributan antara dia dan temannya tersebut.

Hal tersebut sangat memukul hati Sunardi, pasalnya bayang-bayang kegagalan sudah dilihatnya, dirasakannya bahwa perjuangan dan pengorbanannya saat ini akan sia-sia saja, untuk mengurus ijazahnya tersebut ke Bekasi dirinya mengaku kurang paham alur mana yang akan ditempuh, dan keluarga yang adapun tidak ada yang bisa diajak untuk bertukar fikiran mencari solusi dari masalahnya tersebut.

Akhirnya dengan motivasi untuk terus belajar karena ingin sama seperti teman-temannya yang hidupnya relative lebih baik, pria ini tidak berputus asa, dia melanjutkan kembali sekolah di PGSMLP(Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama), dan kemudian setelah selesai dirinya melanjutkan kembali ke FKIP Unila tetap dengan jurusan Penjas.

Saat ini, dia sudah tidak lagi memecahbatu, sudah tidak lagi mengunduh kelapa, sudah tidak pula jadi tukang gali sumur, dirinya saat ini menjelma sebagai sosok pendidik di SMPN 7 Bandarlampung, hidupnya dan kemampuan yang dimilikinya didedikasikan untuk menjadi seorang pendidik.

Ketika ditanyai mengapa dirinya lebih suka berdiam diri diruangan gudang sekolah dibandingkan diruangannya sendiri, dia mengaku suasana hening di gudang bisa membuatnya lebih focus dalam bekerja.

Disisi lain, dirinya juga mengaku di lokasi gudang tersebut terdapat sahabatnya yakni makhluk gaib, genderuwo .

Bersahabat dengan siapa saja menurutnya dalah prinsip yang dijalaninya sejak dulu, termasuk bersahabat dengan makhluk gaib. (adi)

Bagikan berita ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *