67 views

Riang Gembira

MENJELANG bedug maghrib, Gilang baru sampai di rumah. Wajahnya cerah-ceria. Pertanda hati dan jiwanya tengah riang gembira.

“Nggak biasanya pulang sore kayak gini, darimana, dek? Lagian kayaknya happy bener!” sapa Dinda.

“Abis tanding bola, mbak! Puas hati adek sama temen-temen! Kami bisa ngebales kekalahan beberapa hari lalu! Bahkan dengan skor 7-0!” sahut Gilang dengan cerianya.

“Wah, surprise ini, dek! Gimana caranya hanya dalam waktu tiga hari tim adek bisa ngebales kekalahan? Bukannya tim lawan itu tangguh bener?!”

“Pelatih kami ngubah gaya, mbak! Semuanya dibawa enjoy aja! Visi tim kami pun diubah, lebih sederhana tapi mengena!”

“Emang apa visi barunya?!” tanya Dinda.

“Sederhana aja, mbak! Terus jaga mimpi kita! Hebatkan?!” ucap Gilang.

“Kok bisa ya buat visi sesederhana itu, dek?!”

“Ya itulah hebatnya pelatih kami, mbak! Dia mampu meramu alam pikir, kalo kita pasti punya mimpi! Dan dengan visi itu dia yakini mimpi tersebut mungkin akan terwujud suatu hari nanti! Dan baru beberapa hari aja, kami sudah bisa tunjukkan kuatnya gezah visi baru itu!”

“Luar biasa ternyata pengaruh visi itu ya, dek? Baru tau mbak!”

“Visi itu bisa dibilang sumber kehidupan, mbak! Orang yang nggak punya visi yang jelas, hatinya akan terkungkung dalam kebimbangan dalam melangkah! Dia juga nggak bisa fokuskan seluruh daya dan upaya ke arah yang benar untuk meraih yang terbaik! Gitu kata pelatih, mbak!” ujar Gilang.

“Oke, itu soal perubahan mental dan pikiran, dek! Gimana dengan pola mainnya?!” sela Dinda.

“Karena kuatnya gezah visi baru itu di jiwa semua pemain tim kami, tentu mudah memolakan gaya main! Yang dulu penuh konsentrasi sejak mau masuk lapangan, sekarang diubah dengan menghadapi pertandingan dengan hati riang!” jelas Gilang.

“Oh gitu ya? Emang bisa, dek?!”

“Nyatanya bisa, mbak! Dengan hati riang, justru permainan kami mengalir dengan lebih bagus! Semua lini saling menguatkan! Karena hati riang, tenaga pun nggak gampang terkuras!”

“Spektakuler sekali ya dampak dari perubahan visi dan gaya main itu, dek? Nggak nyangka mbak?!”

“Jangankan mbak! Kami yang main aja nggak nyangka kok kalo dengan perubahan itu semua bisa ngebuat kami dalam waktu singkat membalas kekalahan dari tim tangguh yang dalam pertandingan sebelumnya ngalahin kami 4-0! Bahkan kami bisa lebih banyak masukin gol ke gawang mereka!”

“Bener itu karena gaya main dengan hati riang, dek?!” tukas Dinda.

“Iya, bener lo, mbak? Ternyata, bermain dengan riang gembira saat di lapangan itu malah ngebuat kita bisa lebih ekspresif lagi! Bisa lebih mampu mengeksplor kemampuan!” ucap Gilang.

“Boleh juga gaya tim adek ini ditiru untuk mbak ngadepin pemilihan pengurus OSIS bulan depan ya?!”

“Bisa dan boleh sekali, mbak! Tinggal mbak ramu aja sesuai dengan lahan pertarungannya! Intinya itu; menghadapi situasi perang sekali pun, hati harus dibawa riang gembira! Nanti dengan sendirinya akan lahir pikiran-pikiran cerdas dan cerdik yang sebelumnya nggak pernah terpikirkan!” kata Gilang.

“Bagus itu, dek! Mbak mau mainkan gaya riang gembira itu buat ikuti pemilihan pengurus OSIS nanti!” sela Dinda.

“Lakukan saja, mbak! Visinya sederhana; Terus jaga mimpi kita! Wujudkan dan raih mimpi itu dengan hati yang riang gembira! Dengan itu semua, hidup ini jadi indah dan nikmat, mbak!”

“Kalo ngadepin pilgub, semangat riang gembira yang digelorain, pasti perbedaan-perbedaan yang mulai transparan, nggak bakal jadi pemicu perpecahan ya, dek?!”

“Sudah pasti itu, mbak! Kalo dengan riang gembira kita semua ngadepin tahapan pilgub, nggak bakal ada yang namanya black campaigne! Nggak bakal ada aksi-aksi saling mengumbar privacy personal! Nggak bakal ada ucapan-ucapan berkonotasi ujaran kebencian, dan hal-hal lain yang menunjukkan seakan-akan urusan pilgub menyangkut hidup dan mati! Pilgub itu kan cuma sekadar memilih pimpinan pemerintahan semata, bukan segala-galanya! Jadi sebaiknya disikapi dengan riang gembira! Masalahnya, banyak diantara kita yang selama ini tak pernah tau gimana mengekspresikan keriangan dan kegembiraan itu!” tutur Gilang sambil tersenyum, yang disambut Dinda dengan manggut-manggut. (ยค)

Bagikan berita ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *