37 views

Soal Ndompleng

“MBAK, mestinya ajak adek dong! Kan ini kesempatan buat adek bisa ikut studi tour dalam bidang seni?! Adek kan bisa main drama?!” kata Gilang, sore tadi.

“Nggak enaklah, dek! Nanti-nanti aja ya?” sahut Dinda.

“Nggak enak kenapa, mbak? Studi tour ini kan emang mbak yang agendain! Masak temen-temen lain aja diajak, adek sendiri malahan nggak?!” ujar Gilang, merajuk.

“Justru itu, dek! Kalo mbak ajak adek, nanti kata temen-temen kalo kita aji mumpung! Adek dianggep ndompleng kalo mbak ajak studi tour ke Pare, Jawa Timur, minggu depan itu! Disanakan kita full di Kampung Inggris! Seni budaya yang kita tampilin juga berbahasa Inggris!”

“Ya nggaklah, mbak! Adek kan juga jago bahasa Inggris! Mbak kan tau gimana kemampuan adek berbahasa Inggris! Lagian, adek juga fasih ngomong Jawa! Bahasa Jawa Timuran adek pun lumayan! Kan malah ada nilai lebihnya!”

“Nurut mbak, nggak bagus kalo adek ikut! Maka mbak nggak masukin ke daftar peserta studi tour?!” kata Dinda.

“Alasannya apa, mbak? Kalo karena adek ini adeknya mbak, yang kebetulan mbak sekarang Ketua OSIS, kayaknya bukan alasan deh, mbak?!” sela Gilang.

“Ya, salah satu alasannya itu sih, dek?!” aku Dinda.

“Nggak fair itu mah, mbak! Justru karena keluarga sendiri yang sedang punya kekuasaan, wajar-wajar aja bawa anggota keluarganya yang punya kemampuan sesuai dengan agenda studi tournya! Ini yang lazim, mbak! Bahkan banyak, ngajak anggota keluarganya walo nggak punya kemampuan sesuai agenda studi tour kok! Ya, mumpung mbak masih Ketua OSIS, kan nggak ada salahnya sih?!”

“Nah, itu mbak yang nggak mau, dek! Aji mumpung atau ndompleng itu!”

“Gini lho! Adek tetep harus optimis, walo mbak bukan Ketua OSIS lagi nanti, adek tetep bisa ikut studi tour! Karena kemampuan adek! Karena adek emang dibutuhin untuk nyuksesin kegiatan itu! Buang jauh-jauh mental ndompleng atau aji mumpung itu dari pikiran adek! Sebab itu nggak bagus! Buat adek malah tergantung pada orang lain!”

“Tapi kan sesuatu yang emang sudah biasa perilaku ndompleng atau aji mumpung sama orang yang lagi punya kuasa buat ngatur segala sesuatunya itu, mbak? Kok begitu adek yang pengen, malah mbak nggak ngasih?!” ketus Gilang.

“Mbak nggak mau adek dianggep bisa ikut studi tour karena ndompleng mbak yang Ketua OSIS! Ini prinsip bagi mbak, dek! Mbak pengen adek dihargai orang karena adek punya kemampuan sendiri! Bukan karena adeknya mbak!”

“Mau dibolak-balik kayak mana juga, seumur-umur, adek ini ya adeknya mbak-lah! Nggak bakal bisa diubah itu mah, mbak! Aneh lho mbak ini!”

“Bukan gitu maksudnya, dek! Sehebat apapun adek, dibutuhin gimanapun kemampuan adek dalam kegiatan studo tour ini, selama mbak masih Ketua OSIS, tetep aja nama adek nggak bersinar! Tetep aja orang ngenilai ya karena peran mbak! Artinya, kemampuan adek jadi nggak dihitung orang! Karena ketutup oleh posisi sebagai adeknya mbak! Padahal, mbak nggak mau gitu!” urai Dinda.

“Emang maunya mbak gimana sih?” tanya Gilang..

“Maunya mbak, orang ngehargai adek ya karena kemampuan adek sendiri! Nggak ngelibatin mbak! Baru dalam perjalanannya orang akan tau, o Gilang itu adeknya Dinda ya?! Bedakan kalo gitu, dek! Integritas dan kemampuan adek-lah yang dinilai! Kebetulan adeknya mbak! Intinya ya bangun aja jati diri personal kita! Buang jauh-jauh kebiasaan ndompleng atau aji mumpung itu!”

“Tapi kan kenyataannya kebiasaan ndompleng atau aji mumpung itu masih banyak dilakuin orang, mbak?! Kalo kita beda sendiri, malahan aneh dipandang orang!” kata Gilang.

“Biar aja kalo orang lain, dek! Ngapain kita ngurusin! Masing-masing kan punya hak buat lakuin sesuatu sesuai kemauannya! Yang penting, kita sepakat nggak ikut-ikutan perilaku aji mumpug atau ndompleng itu! Optimis aja, ke depannya adek tetap bisa ikut studi tour walo mbak bukan Ketua OSIS lagi! Ini lebih berharga ketimbang adek maksain ikut saat ini, tapi setelah mbak lengser, adek nggak dicawe-cawe orang lagi buat beraktivitas untuk kepentingan sekolah!” tutur Dinda, sambil menepuk-nepuk bahu Gilang; menenangkan. (ยค)

Bagikan berita ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *