24 views

Bìcara Masker

“NGAPAIN beli masker sebanyak itu, mbak? Emang tiap jam mau ganti?!” kata Gilang saat mengantar Dinda ke apotek, sore tadi.

“Mau mbak bagiin masker-masker ini, dek! Banyak orang yang saat ini perlu pake masker!” sahut Dinda.

“Emang lagi ada bencana gunung erupsi tah, mbak? Nggak ada kan?!”

“Ya memang nggak ada bencana gunung erupsi yang bawa abu vulkanik sih, dek! Tapi yang kita alami belakangan ini kan dampaknya sama aja dengan adanya abu vulkanik itu!”

“Maksudnya gimana sih, mbak?!” tanya Gilang, bingung.

“Aduuh, adek kok telmi amat ya! Kita dan semua warga yang tinggal di jalan dua jalur korpri sukarame sekarang ini kan kayak korban erupsi gunung berapi sih, dek! Liat aja, debu nggak ada brentinya beterbangan! Itu kan sumber penyakit! Jangan heran kalo nanti banyak yang kena ISPA! Infeksi Saluran Pernapasan Atas! Nah, untuk ngurangin dampaknya, mbak mau bagiin masker-masker ini ke tetangga dan pengguna jalan yang naik sepeda motor!” jelas Dinda.

“Oalah, itu to maksudnya! Dampak dari dibukanya jalan tol dan pintu keluar arah Bandarlampung lewat jalan dua jalur korpri, emang buat banyak debu beterbangan sih! Kreatif dan peduli juga rupanya mbak ini dengan kondisi nggak sehat yang bisa ganggu kesehatan masyarakat ya?! Tapi kan jalanannya sudah mau diperbaiki, mbak?!’ ucap Gilang.

“Kita memang harus peduli dengan lingkungan, dek! Kalo bukan kita, siapa lagi?! Kalo soal jalannya mau diperbaiki, itu kan nggak jelas kapan dikerjakannya, dek!”

“Waktu itu kan sudah banyak yang kerja, mbak?! Bahkan alat-alat berat juga ditongkrongin! Itu tandanya perbaikan jalan segera dilakukan!”

“Ya memang bener sudah ada material, sudah dimulai bahkan pekerjaannya, dek! Tapi kan cuma sebatas disiram sirtu aja! Belum di aspal seperti yang seharusnya! Justru karena cuma disiram sirtu itulah maka debunya jadi makin banyak! Dan ini bakal nimbulin penyakit!”

“Kayaknya sih sebentar lagi di aspalnya, mbak! Tendernya kan sudah! Dana pembangunannya juga besar; Rp 11 miliar! Ini kan jalan provinsi, jadi pake dana APBD provinsi! Sabar ajalah, paling juga minggu depan sudah mulai pengerjaannya!” kata Gilang.

“Mbak juga tau soal itu mah, dek! Cuma sebelum dikerjain itu kan sumber penyakitnya terus beterbangan! Jadi kita juga harus peduli, minimal ya kayak mbak ini; bagi-bagi masker buat warga!” ujar Dinda.

“Padahal pagi dan sore mobil tanki punya BPBD Kota Bandarlampung nyiramin jalanan terus lo, mbak! Buat ngurangin debunya!”

“Iya, bener itu, dek! Mbak juga liat! Emang terbantu bener sih dengan adanya mobil tanki nyiramin jalan itu! Cuma mestinya pihak Pemprov Lampung yang harusnya lebih peduli! Ini kan jalan provinsi! Kenyataannya kan malah Pemkot Bandarlampung yang action tiada henti untuk urusan ini!”
“Iya juga ya, mbak? Mestinya petinggi di pemprov yang ngatasi beginian! Ini kok malah kayak beruntung karena pemkot turun tangan! Aneh juga ya?!”

“Sebenernya sih nggak anehlah, dek! Pemprov kan emang dikenal lelet dan lembon buat ngatasi masalah-masalah di masyarakat selama ini! Waktu tol baru dioperasionalin dan jalan dua jalur korpri rusak parah, begitu banyak warga mengeluh, bos-bos di pemprov kan diem aja! Baru pas walikota turun tangan langsung dengan ngecek ke lapangan, bos-bos di pemprov kelimpungan dan akhirnya mau turun juga! Emang susah kalo pejabat bermental bos itu, dek! Amat kurang rasa peduli pada rakyatnya!” kata Dinda.

“O gitu, mbak?! Jadi yang bagus itu pejabat bukan bermental bos ya?!” tanya Gilang.

“Harusnya ya gitu, dek! Yang namanya pejabat pemerintah itu pelayan rakyat! Dia dipilih dan digaji oleh rakyat! Kalo bos, kan dia yang ngegaji bawahan! Maka tahunya ya dilayani! Nggak bisa ngelayani!” kata Dinda.

“Katanya mbak nanti pengen jadi bos, kok sekarang malah berbagi masker gini?! Ini kan berarti mbak melayani, bukan dilayani?!” kata Gilang.

“Sebelum jadi bos kan perlu belajar melayani, dek! Biar nanti kalo jadi bos beneran tahunya nggak cuma minta dilayani doang!” ucap Dinda sambil tertawa. (*)

Bagikan berita ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *